Selasa, 25 November 2014

Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat

Kecanggihan teknologi, banyaknya media sosial yang bertebaran saat ini, semakin memudahkan kita untuk berhubungan dengan semua orang. Tidak peduli dia berada di tempat yang jauh atau dekat, jarang ataupun sering bertemu, berada di zona waktu yang sama atau berbeda, kita bisa menghubungi mereka.

Namun, pernahkah terpikir oleh kita, bahwa dunia yang saat ini sangatlah sepi? Media sosial yang ada saat ini benar telah membantu kita berhubungan dengan teman yang berada di tempat yang jauh, namun menjauhkan kita dari teman-teman yang berada di hadapan kita.

Ini merupakan pengalaman pribadi saya. Beberapa bulan yang lalu, saya bukan seorang pengguna smartphone yang beredar saat ini. Saya merupakan pengguna setia hp lama yang hanya bisa telpon dan sms (karena masalah ini saya sempat ditertawakan oleh seorang teman, karena menurut dia bukan zamannya lagi anak muda sekarang mempunyai hp yang hanya bisa dipakai untuk telpon dan sms). Saya hanya bisa tertawa menanggapinya. Bukan saya tidak ingin memiliki, saya juga ingin memilikinya, namun saya merasa belum saatnya.

Pada saat itu saya merasa sedih dan bersyukur belum memiliki smartphone. Saya merasa sedih karena ketika berkumpul bersama teman-teman, mereka akan terpekur pada smartphone masing-masing, mereka akan berlomba meng-update kegiatan di media sosial (medsos), melihat dan mengomentari status teman mereka, membicarakan tentang aplikasi terbaru apa yang bisa digunakan di smartphone, dll. Mereka sudah tenggelam dengan teman-teman yang berada di medsos. Mereka lupa dengan teman yang ada di hadapan mereka. Saya hanya bisa tersenyum melihatnya, oleh karena itu, ketika mereka sedang sibuk dengan smartphone masing-masing, saya akan melihat hp jadul saya yg tidak ada isinya atau berdiam diri, hingga mereka selesai dengan smartphonenya dan barulah kami mengobrol. Saya merasa bersyukur, karena saya bisa mengobrol lebih banyak dengan teman saya, atau bahkan memperhatikan keadaan sekitar tempat saya duduk.

Sekarang, syukurlah saya sudah memiliki sebuah smartphone dan ternyata saya mengalami apa yang mereka lakukan (karena hal ini saya pernah dibilang au**s oleh teman saya, padahal saya tidak pernah memanggil mereka seperti itu). Saya sibuk membuka f* maupun li** ketika bersama mereka. Saya akui, meskipun saya melakukan hal demikian, saya masih merasa kesepian, kenapa? Karena saya masih tetap menyukai dunia nyata, dunia dimana orang-orang melakukan percakapan secara langsung, bukan melalui dunia maya. Saya ingin berbicara dengan teman yang berada di hadapan saya, bukan berbicara dengan layar smartphone yang memuat daftar teman saya.

Memiliki smartphone dengan segala kecanggihan dan berbagai aplikasi media sosial didalamnya bukanlah masalah. Namun menjadi masalah ketika kita lebih sibuk berkutat dengan dunia itu, dibandingan berkutat dengan teman yang berada di dunia nyata.

Hingga saat ini saya pun masih belajar bagaimana agar saya bisa membagi waktu bermain antara teman yang berhadapan secara langsung dengan teman yang berada di layar smartphone saya. Karena saya tidak ingin slogan "mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat" berganti menjadi "membuat nyata yang jauh, mengilangkan yang dekat"

Minggu, 23 November 2014

Demo oh demo

Mau curhat seputar demo boleh kan?

Mau nanya, disini ada yang sering ikut demo? Atau sering menjadi konseptor demo? Oke, tidak masalah, karena demo merupakan salah satu cara untuk menyampaikan aspirasi sebagai warga masyarakat.

Saya merupakan salah seorang yang tidak mempermasalahkan kegiatan demo, selama tidak menganggu ketertiban, dan berlangsung secara damai dan tertib. Masyarakat yang sedang melewati jalan yang menjadi arena demo pun (mungkin) akan bersimpati terlebih ketika demo yang dilakukan untuk menyuarakan apa yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

Yang menjadi permasalahan saat ini adalah kebanyakan demo "nyeremin". Lihat saja di berita, ada yang demo sampai melempar batu, memanah anggota kepolisian, kemudian ada yang bakar ban. Ini demo atau demo?
Melempar batu? Mendingan batunya dipakai buat hal yang lain, lalu tenaganya digunakan untuk membantu orang di sekitar kita.
Memanah? Kenapa ga nyoba daftar jadi atlet panahan, kan lumayan bisa menambah daftar atlet Indonesia di cabang olahraga memanah
Bakar ban? Ya ampun, bau karet kan ga enak, terus asap yang dihasilkan benar-benar hitam dan pekat yang ga bagus lah pokoknya untuk udara sekitar. Kasihan, sama warga sekitar sama yang demo juga. Ga mau kan pulang ke kos atau rumah malah "bengek".

Demo itu ga masalah ko, tapi yang demo tolong perhatikan juga warga sekitar. Mereka itu punya kehidupan, kalau mau demo ya kalau bisa dimatangkan dulu konsepnya, supaya demonya tidak mengganggu warga. Kalau mau demo di jalan, pilih lokasinya yang strategis dalam arti tidak sampai menimbulkan kemacetan yang akan nyusahi (tapi kalau tetap macet juga, ya mau gimana lagi), terus kalau demo damai aja deh, kasihan yang demo sama pak polisi, udah capek demo tambah lagi capek karena berantem.

Ya, tulisan diatas adalah pendapat saya mengenai demo. Saya tidak tahu bagaimana pendapat teman-teman yang lain. Pasti ada yang pro dan kontra. Tapi, yang pasti, saya menginginkan suatu hari nanti demo di Indonesia bisa berjalan dengan damai, namun jika suatu hari terpaksa terjadi demo yang anarkis, semoga demonya bisa diatasi yaaaa....

Jumat, 24 Oktober 2014

Temu kangen

Hallo, semuanya :D

Apa kabar? lama tidak berjumpa, semoga semuanya sehat dan selalu di-lindungi oleh-Nya :D

Tidak terasa hampir setahun ga aktif di dunia blog, alasan ga aktifnya banyak, maleslah, sibuklah, ga tau mau nulis apalah, pokoknya banyak "lah"-nya deh...

sebenernya banyak kegiatan yang mau diceritain di blog ini, berhubung belum nyiapin materi #halah
kita temu kangen dulu ya :D

oiya, besok mau 1 Muharram kan? saya juga mau ngucapin selamat Tahun Baru Islam 1436 H :D

Kata Mutiara Islam Menyambut Tahun Baru 2014 Gambar Ucapan Tahun Baru Islam 1436 H | 2014
source: http://gambarfoto.co/gambar-ucapan-tahun-baru-islam-1435-h.html